Fenomena Tren S Line Bisa Jadi Aib Keluarga
Apa sih S‑Line itu?
S‑Line awalnya judul serial drama Korea yang pertama tayang tanggal 11 Juli 2025. Di drama itu, muncul garis merah di atas kepala manusia yang pernah melakukan hubungan intim.
Si pemeran utama, Shin Hyun-eup, punya kemampuan melihat garis merah ini tanpa alat. Kalau garisnya banyak, berarti orang itu punya banyak pengalaman seks. Dan makin banyak garis, makin “ramai” aibnya dipamer ke publik lewat video/foto yang diedit garis‑garis merahnya di kepala orang lain.
Siapa yang mulai trend ini?
Tren editing garis merah muncul setelah tayangnya drama tersebut. Anak‑muda Indonesia mulai ngikut, unggah reels atau TikTok dengan “S‑Line” buat lucu-lucuan pakai garis banyak di kepala mereka. Beberapa akun bahkan ngingetin netizen untuk gak normalisasi tren itu karena “drama-nya bukan komedi”.
Kenapa ortu mesti awasi ketat?
1. Legitimasi aib pribadi
Meski sekadar guyonan, tren ini mempromosikan ide bahwa “aib seksual” ditampilin ke publik, tanpa mikirin nilai budaya atau agama.
2. Merendahkan perempuan
Banyak yang ikut dipersepsikan negatif—“perempuan gampangan” dan lain-lain—jadi mudah dibully secara online.
3. Normalisasi seks sebelum nikah
Anak muda bisa terseret ke mindset bahwa hal ini wajar dan tidak masalah, padahal banyak norma agama/kultural yang melarang.
4. Kids exposure
Bocil bisa ngikut tren ini tanpa tahu konsekuensinya. Akhirnya kita sebagai orang tua juga kena tanggung jawab moral.
Tips Awasi Anak & Tim:
• Ajak ngobrol santai tapi serius soal batasan pribadi, apa pantas dibagi, dan konsekuensi sosial ikut tren bodoh.
• Kustomisasi privasi akun media sosial, contohnya biar anak gak sembarangan share konten.
• Bangun kemampuan literasi digital, agar anak bisa memilah tren mana yang sehat atau merugikan.
• Tepat saat menegur, jangan asal nge-ban tren di depan orang tua. Kasih penjelasan yang relatable, misalnya “Nanti banyak komentar enggak enak.”
Kesimpulan
Tren S‑Line sebenarnya berasal dari serial psikologis dan bukan untuk lucu‑lucu. Tapi gara‑gara banyak diedit lucu di media sosial, malah jadi mainstream. Akhirnya jadi bumerang: aib jadi konten, bikin malu, bisa merendahkan martabat, dan normalisasi seks bebas.
Makanya ortu harus peka, jadiin ini momen edukasi supaya anak gak ikut tren yang merugikan, dan bantu mereka punya filter positif di dunia social media—gaul tapi tetep cerdas!
*) Source : Saiful IslamSaiful Islam (CEO and Founder Shankara/CiptaAI.com and LiSHA.id)
Editor : Zainuddin Qodir