Produksi Rengginang di Desa Setro Meningkat Berkat Teknologi Pengeringan Modern

Reporter : -
Produksi Rengginang di Desa Setro Meningkat Berkat Teknologi Pengeringan Modern
Ibu Siyem menunjukkan rengginang yang telah dikemas
advertorial

Kolaborasi antara akademisi dengan pelaku usaha perlu terus dilakukan. Selain bertujuan menambah daya saing usaha, kehadiran akademisi dalam melakukan pendampingan terhadap pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) agar UMKM bisa naik kelas. Hal inilah yang dilakukan oleh Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

Pada kesempatan ini, Tim PKM Unesa yang diketuai oleh Dr. Mohammad Wasil, S.Pd. M.E., menyasar ke pelaku UMKM di Desa Setro, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Salah satu yang didampingi ialah Ibu Sayem, yang merupakan pelaku UMKM dengan produknya rengginang di RT 08, RW 04 Desa Setro.

Baca Juga: Oven Hemat Energi yang Dikenalkan PKM Dosen UNESA Kepada UMKM Roti Ikan di Desa Setro Bisa Tekan Produksi

Rengginang merupakan camilan tradisional yang digemari banyak orang. Di Desa Setro, usaha rengginang menjadi bagian penting dalam ekosistem ekonomi dan budaya lokal. Rengginang bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Namun, dalam pasar yang semakin dinamis, usaha rengginang di Desa Setro menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan kapasitas produksi dan permintaan akan kualitas produk yang konsisten.

Untuk mengatasi tersebut, Tim PKM UNESA, yang terdiri dari perwakilan dosen dan 2 mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi, melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat pada Kamis, 23 Mei 2024, dengan fokus utamanya menggunakan teknologi tepat guna.

Kepada Tim PKM Unesa, Ibu Sayem menjelaskan bahwa proses pengeringan rengginang masih dilakukan secara manual menggunakan tenaga matahari. Jika cuaca hujan, akan berdampak pada waktu pengeringan. Makanya, dalam produksi rengginang, kapasitas tidak maksimal. Sedangkan permintaan cukup banyak.

"Jumlah produksi relatif kecil, sekitar 5 kg per jam. Kami membutuhkan lebih banyak produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang meluas," kata Ibu Siyem.

Baca Juga: PKM FEB Unesa Menyampaikan Pentingnya Personal Branding Bagi Ibu Rumah Tangga Sebagai Penghasilan

Kendala lain yang dialami Ibu Siyem ialah kemasan rengginang. Selama ini, Ibu Siyem memakai kemasan plastik transparan tipis. Setelah itu, plastik dipress dengan impulse sealer. Ibu Siyem juga berkata, rengginang miliknya belum diberi merk dan sertifikat halal belum diurus ke instansi yang mengeluarkannya. Kondisi itu berdampak pada daya saing produk rengginang Ibu Siyem yang juga mempengaruhi kualitas dan nilai jual produknya.  

Mendapati kondisi tersebut, Tim PKM Unesa memberikan solusi berupa teknologi pengeringan modern untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi rengginang Ibu Sayem. Menurut Dr Mohammad Wasil selaku Ketua Tim PKM Unesa, teknologi tersebut diharapkan dapat membantu usaha rengginang yang digeluti Ibu Sayem.

“Teknologi pengeringan modern ini untuk meningkatkan dan mempercepat proses pengeringan dengan kapasitas produksi lebih banyak. Dari awalnya melakukan pengeringan biasa 5 kg per jam, dengan menggunakan teknologi tersebut, bisa meningkatkan produksi hingga 15 kg/jam. Dengan peningkatan kapasitas produksi, maka bisa meningkatkan omzet,” jelas Mohammad Wasil.

Moh. Wasil dan alat pengeringan rengginang karya Tim PKM UNESA

Baca Juga: Dosen dan Mahasiswa Prodi S1 Unesa Gelar Pelatihan Digitalisasi Pengelolaan Laporan Keuangan di Desa Tawangsari

Tidak cukup itu saja. Tim PKM Unesa juga membantu mendesain kemasan rengginang milik Ibu Sayem. Desain yang awalnya cuma plastic transparan, kemudian dibuat desain yang lebih menarik dan informatif.

“Kami juga mendampingi dan mengajarkan Ibu Sayem memasarkan produk rengginangnya secara online melalui marketplace, e-commerce, maupun media sosial. Dengan penerapan teknologi pengeringan modern dan strategi pemasaran yang tepat, diharapkan rengginang Ibu Sayem dapat meningkatkan kualitas dan kapasitas produksinya, serta menjangkau pasar yang lebih luas. Hal ini tentunya akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan UMKM dan kesejahteraan masyarakat di Desa Setro,” ujar Mohammad Wasil.

Dengan berkembangnya UMKM di Desa Setro, tidak hanya pelaku UMKM yang senang, melainkan juga masyarakat sekitar karena bisa membuka lapangan pekerjaan. (*)

Editor : Bambang Harianto