Mengingat Sondang Hutagalung, Mahasiswa UBK yang Bakar Diri di Depan Istana Merdeka

Reporter : -
Mengingat Sondang Hutagalung, Mahasiswa UBK yang Bakar Diri di Depan Istana Merdeka
Sondang Hutagalung

Sondang Hutagalung adalah seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta angkatan 2007. Selama menjadi mahasiswa, menurut penuturan rekannya, ia dikenal sebagai pribadi yang lebih aktif dibidang aktivis ketimbang di bangku perkuliahan.

Orang orang memandangnya sebagai seseorang yang santai dan kreatif, namun disisi lain dia juga kritis terdahap pemerintahan presiden saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.

Sikap kritis ini terlihat juga dari begitu seringnya Sondang hadir di forum diskusi, demonstrasi, hingga akhirnya ia dipercaya menjabat posisi Ketua Himpunan Aksi dan Studi Marhaenis Muda untuk Rakyat dan Bangsa Indonesia (HAMmurabi). Ia juga aktif dalam kegiatan "Sahabat Munir"

Pada 7 Desember 2011, sebuah aksi demonstrasi damai mahasiswa yang meneriakan yel yel dan aksi teatrikal digelar di Istana Merdeka Jakarta. Ketika waktu sudah menunjukkan jam 4 sore, aksi dicukupkan dan massa aksi mulai perlahan membubarkan diri.

Tapi tidak bagi Sondang, karena itulah waktunya untuk melakukan hal "itu". Sondang melakukan hal yang tidak pernah dibayangkan oleh keluarga dan teman teman dekatnya. Ia membakar dirinya sendiri di depan Istana Merdeka.

Api segera membakar tubuh Sondang dengan cepat. Rekan-rekan yang panik segera coba membantu memadamkan api tersebut, namun usaha mereka tidak begitu banyak memberikan hasil.

Sondang sempat dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Namun, luka bakar yang mencapai 98 persen di tubuhnya membuatnya hanya mampu bertahan selama empat hari. Ia dinyatakan meninggal pada Sabtu sore, 10 Desember 2011.

Motif Sondang melakukan aksi bakar diri diduga kuat akibat rasa kekecewaannya dengan kemiskinan bahkan ketidakadilan yang menyengsarakan masyarakat Indonesia. Hal tersebut mulai terkuak setelah ditemukannya tulisan Sondang di buku diary kekasihnya, Putri, dalam salah satu lembar diary itu Sondang menuliskan bait bait ini :

“Terkutuklah buat ketidakadilan,

Terkutuklah buat ketidakpedulian,

Terkutuklah buat kemiskinan,

Terkutuklah buat rasa sakit dan sadih,

Terkutuklah buat para pengusaha jahat,

Terkutuklah buat para penjahat,

setelah aku tidak punya rasa lagi”

Sondang sepertinya sudah merencanakan aksinya ini. Diketahui beberapa hari sebelum melakukan hal itu, Sondang menitipkan handphone, kartu identitas dan dompetnya pada salah seorang rekannya. Ia juga sempat berpesan pada salah satu anggota Hammurabi, "gue titip Hammurabbi ya".

Jasad Sondang kemudian dimakamkan di Tenpat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Minggu, 11 Desember 2011, setelah peti matinya disemayamkan dengan penghormatan di kampus asalnya, Universitas Bung Karno.

Penghormatan atas Sondang Hutagalung itu dihadiri oleh banyak sejawat sesama aktivis. Dari foto foto yang beredar, terlihat beberapa warna almamater yang turut mengiringi jenazah Sondang.

Pasca meninggalnya, Universitas Bung Karno memberikan gelar sarjana kehormatan kepada Sondang. Yayasan Bung Karno memberikan gelar tersebut karena Sondang Hutagalung merupakan mahasiswa UBK berprestasi, dianggap berjasa dan sebagai simbol perjuangan untuk menegakkan keadilan di Indonesia.

Selain itu, ia juga sudah menjadi mahasiswa selama 8 semester dan sedang menyusun skripsinya. Jika kejadian ini tidak terjadi, Sondang besar kemungkinan lulus dari kampus itu dalam waktu yang tidak lama lagi.

Tidak hanya memberikan gelar sarjana kehormatan, pihak kampus juga mengabadikan namanya untuk salah satu ruang di Universitas tersebut.

Selain penghormatan dari kampus, nama Sondang juga menjadi judul salah satu lagu dari band Efek Rumah Kaca dengan salah satu verse liriknya adalah Mereka yang kau ajak Tiada beranjak Sumbu yang kau nyalakan Padam sendirian. (*)

*) Source : Félix (@akujagowan)

Editor : Zainuddin Qodir