Warung Lubang di SCBD Jakarta

Reporter : -
Warung Lubang di SCBD Jakarta
Warung lubang di SCBD Jakarta

Sebagian kecil ada yang menyebutnya warung lorong. Sebagian besar, warung lubang. Kenapa? Karena, pembeli dan penjual terhubung lewat lubang seperti pada gambar. 

Makanan akan diserahkan via lubang tersebut. Tidak ada meja dan kursi, layaknya warung. Pembeli, akan makan berjongkok, berdiri atau duduk ngejogrok pada lantai parkiran gedung. Beralaskan karton bekas, atau tanpa alas. 

Warung lubang ini jamak ditemukan pada area perkantoran di Jakarta. Foto ini, saya ambil di parkiran Grand Lucky, Sudirman Central Business District (SCBD), tepat di depan gedung kantor tempat saya bekerja. 

SCBD adalah potret bertemunya beberapa kelas sosial. Pekerja biasa, level atas, pedagang kecil, menengah dan besar serta para pekerja informal seperti ojek online. 

Warung lubang ini adalah bukti, pangsa pasarnya ada. Menyasar dengan tepat. Kalau makan di ASHTA, bisa habis Rp 150 ribu- Rp 200 ribu/orang per sekali makan. Kadang bisa lebih, tergantung apa yang dipesan. Kopi? Rp 25 ribu- Rp 70 ribuan. Sebut saja Bleum, Arabica, Ben Gong, Buka Nagara. 

Kalau di warung lubang? Rp 3000 – Rp 4000, tergantung sachetan kopi yang dipilih. Murah, meriah. Makanya, kalau ngopi di warung lubang pemandangan yang akan kita lihat adalah Satpam, supir, cleaning services/OB kantor atau driver online.

Pekerja kantor ada? Ada. Untuk nasi plus lauk pauk, rata-rata Rp 20 ribu – Rp 15 ribuan.  Sebaliknya, di ASHTA apa ada Satpam, OB atau supir yang nongkrong? Jelas tidak. Kecuali, membeli untuk yang memesan dari kantornya. 

Tidak semua yang kerja di SCBD itu kelas menengah. Banyak kelas bawah, yang juga mencari rezeki di SCBD diantara megahnya gedung-gedung tinggi. Gaji upah minimum kota (UMK) ada, gaji 2 dijit ada, gaji 3 dijit ada. 

advertorial

Kembali ke warung lorong, pemilik warung biasanya sudah masuk kelas berkecukupan. Rata-rata omset per hari sekitar Rp 1 juta- Rp 2 juta, kadang lebih. 

Warung lorong, penyelamat bagi gaji UMK atau yang mau berhemat, sesuai kantong atau sekedar tidak rela spending uang untuk beli kopi susu seharga puluhan ribu rupiah. 

Warung lorong, juga tempat berkumpul dan bertukar informasi. Ada tawa, canda dan kadang cerita sedih yang didengar dari warung lorong.  Kalau lagi ke SCBD, coba mampir ke warung lorong. Nanti saya tuliskan lagi, tentang parkiran rakyat jelata di SCBD. 

Bekasi, 1 Mei 2025, Selamat Hari Buruh. 

*) Penulis : Aukaria Rahman (Head of Human Resources at World Leading Aquaculture Company).

Editor : Zainuddin Qodir