Relawan Amin Muda Mengaku Menyesal Mendukung Anies Baswedan

Anies Rasyid Baswedan menjadi salah satu kontestas di Pemilihan Presiden (Pilpres) Republik Indonesia (RI) dalam pemilihan umum (pemilu) yang digelar pada Rabu, 14 Februari 2024. Perjuangan Anies Baswedan memperoleh sebanyak 40 juta suara dalam Pilpres 2024 tidak luput dari kontribusi para relawannya.
Setahun lebih Pilpres 2024 berlalu, muncul pengakuan mengejutkan dari Relawan Anies Baswedan, yaitu Relawan Amin Muda. Salah satu pengurus Relawan Amin Muda melalui akun X (@jilulisme) mengungkapkan rasa kecewanya karena telah mendukung Anies Baswedan.
Baca Juga: Surat Perpisahan Anies Baswedan Sebagai Mendikbud
“Mendukung Anies Baswedan adalah pengalaman politik praktis pertama sekaligus kekecewaan terbesar saya pada politisi,” tulis Jilu melalui postingan twitternya, pada Senin, 19 Mei 2025.
Dia menceritakan alur kekecewannnya setelah mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024. Cerita selengkapnya sebagai berikut :
Jadi saya dan kawan-kawan membuat simpul relawan bernama Amin Muda, jaringannya ada di 100++ kota se-Indonesia dan kita berhasil punya ratusan ribu relawan yang terdata. Tapi saying, kami tak pernah dianggap oleh tokoh yang kami dukung dan lingkaran terdalamnya.
Pernah saking pengennya di-notice, kami cosplay jadi Nakama, bikin kaos Nakama AMIN, ngejar-ngejar beliau (Anies Baswedan). Dapat foto bareng dan viral. Dihujat habis-habisan sama Nakama beneran di medsos (media sosial), gak apa-apa lah berkorban. Tapi ya kami tetap gak dianggep serius.
Ada beberapa kejadian yang jadi sumber kekecewaan kami. Pertama, jauh sebelum masa pendaftaran Pilpres, circle kami (sebelum jadi Amin Muda) merasa gagasan Anies Baswedan perlu diterima di kampusnya sendiri, Universitas Gajah Mada (UGM).
Ternyata mengundang Anies Baswedan bukan hal mudah. Sampai target kami keduluan Narasi TG yang mengundang 3 bacapres (bakal calon presiden). Tapi proses sudah jalan, ya kami terusin. Alhamdulillah kami juga dapat donatur, tapi donatur maunya menyumbang lewat jalur resmi yaitu lewat Anies Baswedan, lalu ditrasnferlah ke asistennya.
Jelang hari H, donasi via orang Anies Baswedan ternyata dipotong sekitar 30%. Yasudahlah gak apa-apa. Disepakati tanggal kapan Anies Baswedan bias. Kami tak hanya undang Anies Baswedan, kami rancang forumnya sekredibel mungkin. Kami undang akademisi dan Dubes (Duta Besar) negara maju sebagai narasumber panel.
Eh bangsatnya, pekan depan, pun ternyata Anies Baswedan mendadak tak bisa dating. Kami minta diupayakan ada zoom atau video call, masih gak bisa. Akhirnya forum berjalan tanpa Anies Baswedan, hambar dan gagal
Kedua, kalau boleh gagah-gagahan, simpul kami ini salah satu yang terbesar. Tapi diafirmasipun tidak. Bahkan cenderung dipinggirkan. Padahal di lapangan di berbagai kota kami yang paling diandalkan.
Kalau ada event “Desak Anies”, “Slepet Imin”, dan lain-lain dari Timnas Amin, di lapangan panitianya ya kami. Tapi oleh Tim Lebak Bulus (Ring 1 Anies Baswedan), logo kami selalu dilarang tampil. Perkara logo ini selalu berulang, padahal ya teman-teman ini cuma butuh diapresiasi, jadi panitia pun tak dibayar.
Pernah ada momen ketika salah satu komika jadi host di acara Timnas. Beliau pakai kaos Amin Muda, eh disuruh lepas oleh panitia. Untung Host-nya gak mau diatur-atur aneh aneh begitu.
Kami mikir kenapa dukungan kami tak disambut? Oh mungkin karena tak bisa Anies Baswedan kendalikan. Jadi yang tak bisa dikendalikan, ya gak akan dianggap. Jadi kami memang tidak berada di bawah komando Tim Lebak Bulus, karena kami ingin lebih independen dan fleksibal, kalau koordinasi gaspol.
Baca Juga: Surat Terbuka Kepada Anies Baswedan dari Orang Dekat Presiden Jokowi
Ada lagi yang serupa kami, namanya Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI), besutan almarhum Mas Raharja Waluya Jati (Eks Partai Rakyat Demokratik/PRD). Sekretariat Kolaborasi Indonesia ini simpul yang termasuk paling awal, tapi belakangan tenggelam dan tak terdengar gaungnya.
Padahal pas saya pernah datang di konsolidasinya, jaringannya merata luas dan rapi. Gimana enggak, wong dikelola Eks PRD. Tapi pahitnya yang saya dengar dari pentolannya, Anies Baswedan tak berkenan dengan Sekretariat Kolaborasi Indonesia, bahkan minta dibubarkan.
Jadi, retorika Anies Baswedan yang menghargai relawan itu palsu. 1 retorika itu yang udah terbukti lamis. Entahlah yang lain, mari kita buktikan sama-sama. Oh ya, kok masih dukung Anies Baswedan sampe Pilpres kelar? Ya gak ada pilihan lain. Kami mendukung juga bukan karena dapat sesuatu, yang ada malah keluar duit.
Sebenarnya pernah dibuat ragu pas “Desak Anies” pertama. Saya bertanya dan memberi pertanyaan tertutup, eh beliau malah gak terima dan bilang saya mau mengadu domba. Kan saya kira Anies Baswedan bukan seperti politisi pada umumnya yang tak takut menyatakan hitam-putih. Ternyata ya sama saja.
Setelah itu lanjut mendukung, tapi dukungan realistis dan penuh kesadaran. Di berbagai kesempatan, saya selalu bilang, “Kami bukan loyalis Anies Baswedan tapi kami loyalis perubahan”.
Statement begini mungkin yang gak disukai Anies Baswedan da ring 1-nya, karena antitesis sama strategi fanboying.
Sebenernya ketar-ketir juga speak up begini. Anak Abah (julukan Anies Baswedan) serem-serem euy. Tapi ya ini pengalaman sendiri, gak bohong dan siap dipertanggungjawabkan.
Baca Juga: Tokoh Politik di Jember Apresiasi Polri Tangkap Pelaku Pengancam Capres Anies
Gini lho ! Soal pengen dinotice ini bukan karena kami haus validasi, tapi ada ribuan relawan yang perlu dukungan moril. Mereka keluar keringat, uang, network dan resource yang mereka punya. Masak sekadar diafirmasi dukungannya aja gak bisa. Toh meski dianaktirikan begitu kami tetep gerak.
Menanggapi itu, Hari Akbar Apriawan (X :@harii_apriawan) selaku salah satu inisiatorUbah Bareng mengganggap, tuduhan Jilul keliru.
“Ya, bung Jilul Amin Muda, yang sekarang juga bernaung di Institut Harkat Negeri lembaga asuhan pak Sudirman Said. Sebagai prolog, saya adalah bagian dari @UbahBareng, yang menyelenggarakan Desak Anies selama Pilpres. Saya juga sebagai juru bicara (jubir) pada Pilpres. Fokus saya sebagai jubir membicarakan isu lingkungan, kepemudaan dan kebijakan,” tulisnya.
Hari Akbar Apriawan menilai, kalimat ‘Tapi sayang kami tak pernah dianggap oleh tokoh yang kami dukung dan lingkaran terdalamnya’ yang dilontarkan oleh Jilul, terlihat sangat berlebihan dalam bernarasi, terlihat ada kebencian yang dibuat.
“Jelang hari H, donasi via orang Anies Baswedan ternyata dipotong sekitar 30%. Apakah tuduhan ini bisa dibuktikan? Tolong berikan ke kami siapa orangnya? Dan mana bukti bahwa ada pemotongan,” tanyanya.
Dan dia juga meminta penjelasan tentang kalimat Jilul “Gak bohong dan siap dipertanggungjawabkan’.
“Mari bung Jilul pertanggung jawabkan, kita buktikan bareng-bareng,” ajak Hari Akbar Apriawan. (*)
Editor : Zainuddin Qodir