Lulusan Politeknik Enjinring Kementan "Pak Tani" Kedepannya

Reporter : -
Lulusan Politeknik Enjinring Kementan "Pak Tani" Kedepannya
Kuliah umum Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI)
advertorial

Pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam mengisi kekosongan pekerjaan di berbagai industri, dan itu juga merupakan pilihan yang layak bagi individu yang ingin membangun karir dengan keterampilan praktis. Pendidikan vokasi, akan diberikan berbagai jurus, yang ditujukan agar kalian nanti mahir bertempur dan samudra pembangunan pertanian indonesia serta handal untuk membangun agribisnis Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi dalam kegiatan kuliah umum Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) yang didampingi oleh Wayan Supadno dengan Moderator Idha Widi Arsanti Kepala Pusat Pendidikan Pertanian dengan tema “Agro Hero: Who is the Next Pak Tani Indonesia?”, yang dilaksanakan di auditorium PEPI pada Rabu (20/09/2023)

Baca Juga: Kunjungi BPP Balongan, Kementan Sebut Pertanian Berkontribusi Nyata Terhadap Ekonomi

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa peran Pak Tani harus tercipta melalui Alumni PEPI serta mahasiswa Polbangtan/PEPI yang ada saat ini dimana pendidikan vokasi dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri dan pasar tenaga kerja lokal. Mereka biasanya mencakup mata pelajaran praktis, seperti pemrograman komputer, perawatan kesehatan, teknik, perhotelan, atau pertanian.

Karena akan dibekali berbagai ilmu dan pengalaman nantinya mahasiswa PEPI dapat mengelola air, IoT sampai dengan mekanisasi. Bagaimana mengolah pertanian kita setelah panen agar memiliki value addict dengan memanfaatkan inovasi yang handal.

“Jadikan itu semua sebagai amunisi dan senjata untuk bertempur di Samudra Pembangunan pertanian Indonesia. Ada 33 juta orang karena covid terkena PHK pulang kampung menjadi petani, sehingga menjadi 38 juta. <45 tahun hanya sekitar 20% itu yang disebut dengan petani muda atau petani milenial. >45 tahun (petani tua, atau kolotnial) masuk fase pension (tidak produktif). Petani produktif kurang dari 30%,” tegas Dedi Nursyamsi Kepala Badan PPSDMP Kementerian Pertanian.

“Kita harus melakukan tranformasi, persepsi kita dirubah. Dulu pertanian untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sekarang harus dirubah. Pertanian harus mengumpulkan uang, sebagai agent atau alat untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Artinya, kalua kita ingin mendapatkan uang sebanyak-banyaknya maka pertanian harus untung,” katanya.

Program Kementerian Pertanian dalam Ketahanan Pangan diantaranya adalah peningkatan kapasitas produksi dengan perluasan areal tanam baru, diversifikasi pangan lokal yang berbasis kearifan lokal seperti ubi kayu, talas, jagung, sagu, pisang, kentang, porang, dan sorgum.

Tak hanya itu saja, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan untuk stabilitas pasokan dan harga pangan dapat diselesaikan melalui pengembangan pertanian modern seperti pengembangan dan pemanfaatan screen house untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura di luar musim tanam.

Disisi lain, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tak henti-hentinya memotivasi petani milenial untuk membangun sektor pertanian secara masif dan berkelanjutan.

Baca Juga: Kunjungi Bangkir Farm, Kementan Bagikan Kiat Bangun Agribisnis Kokoh

"Petani milenial harus mampu menjadi pilar utama pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan modern. Mengapa demikian, sebab pangan di dunia itu sangat dibutuhkan, Petani milenial harus berjiwa wirausaha, profesional dan memanfaatkan teknologi, dalam lini usaha, mereka kreatif, bersemangat dan ditangan mereka, pertanian Indonesia akan makin maju, mandiri dan modern” ujar Syahrul

Berbagai program pun dilakukan untuk mengubah pola pikir generasi muda bahwa pertanian itu keren, hebat, dan satu-satunya sektor yang menjanjikan, terlebih di tengah pandemi saat ini.

“Generasi Z juga harus bisa mengikuti perkembangan dari zaman, harus berani menjadi petani yang modern atau mendirikan start-up pertanian,” ujar Mentan Syahrul.

Untuk mendukung regenerasi petani Narasumber Kuliah Umum Wayan Supadno yang dipanggil oleh generasi millennial “Pak Tani” menyatakan bahwa seluruh mahasiwa PEPI perlunya focus, konsisten, komitmen untuk menekuni dengan setia sebagai pak tani. Bersukurlah kalian bagian dari kuliah vokasi.

“Saya lulusan D3 kesehatan. Sehingga saya tidak usah peduli bukan sarajana, tidak punya modal, bukan darah pengusaha. Yang penting nyali, dan dilakukan dengan kesungguhan. Praktek nya kongkrit bagaimana?,” tegas Wayan

Baca Juga: Kementan Dukung Susu Produksi P4S Kampung Susu Randuacir Salatiga Mendunia

“Pakailah otaknya orang pintar, tidak punya modal pakai modal orang lain. Tidak punya dengkul pun dengkul orang lain kita pakai. Jangan kalah akal, kita akal-akali orang liberal itu. Sudah puluhan anak kita berikan beasiswa hasil pertanian.“

Hal tersebut disampaikan Wayan untuk memotivasi seluruh generasi milenial, baik yang mengikuti kuliah umum secera online maupun ofline.

“Kalian harus Kreatif dan inovatif, jangan pernah bermimpi jadi petani sukses, kaya, dermawan jika kalian tidak inovatif. Hal yang utama adalah dekati para professor sebagai pengembangan pengetahuan yang mempuni,” tegas Wayan.

Mengakhiri kuliah umum, Wayan menghibau kepada mahasiswa PEPI “Petani adalah nyawanya pertanian (pangan) agar setia harus sejahtera”, “Miliki yang dicintai dan cintai yang dimiliki negeri agraris ini milik kita”, “Kasihi yang di bumi niscaya yang dilangit akan mengasih. (dry)

Editor : Syaiful Anwar