Esai

Queen Bee Syndrome Iriana, Penyebab Runtuhnya Kerajaan Joko Widodo

Reporter : -
Queen Bee Syndrome Iriana, Penyebab Runtuhnya Kerajaan Joko Widodo
Iriana
advertorial

Seharusnya, pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden Indonesia tidak perlu terjadi, maka dengan begitu kejayaan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Raja Jawa masih bisa bertahan walau tak lagi bermahkotakan jabatan.

Isu akun fufufafa yang diyakini milik Gibran menjadi bom waktu bagi kekuasaan Jokowi, semua usaha keras yang ia lakukan hancur sehancur-hancurnya imbas ambisi Iriana sendiri. Bagaimana tidak? Pencitraan per pencitraan, branding per branding, drama per drama yang dilakukan oleh Jokowi tak membuahkan hasil apapun bagi kelangsungan ambisi kekuasaannya. Sedangkan Gibran sendiri sampai saat ini bagai hilang ditelan bumi, jauh dari sorotan media.

Baca Juga: Peresmian Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik

Menghilangnya Gibran semakin menguatkan asumsi publik, bahwa keharmonisan palsu antara Prabowo dan Jokowi akan segera berakhir. Petaka hancurnya kerajaan milik Jokowi hanya tinggal menyisakan hari, setelah tanggal 20 Oktober 2024 akan dimulailah permainan yang baru, di mana Jokowi hanya bisa pasrah menunggu penghakiman atas segala dosa yang ia perbuat selama 10 tahun menjabat sebagai Presiden.

Yang Mulia Ratu Iriana

Dalam acara Bocor Alus Tempo dijelaskan bagaimana awal mula Gibran bisa dicalonkan sebagai Wakil Presiden, tak lain karena Irian merasa kesal dengan Megawati yang telah mempermalukan Jokowi di hadapan seluruh kader PDI Perjuangan.

“Tanpa PDIP Jokowi bisa apa?” Kiranya seperti itulah kalimat Megawati yang berhasil memancing kemarahan Iriana. Guna merespon ejekan Megawati itu, Iriana mempunyai sebuah ide brilian, yaitu dengan menjadikan Gibran sebagai Calon Wakil Presiden untuk mendampingi Prabowo.

Menurut penuturan Bocor Alus Tempo, Jokowi awalnya menolak karena Gibran masih belum punya banyak pengalaman. Namun apa daya, petuah Yang Mulia Ratu Irian harus ditaati. Melalui relasi di Mahkamah Konstitusi, aturan tentang batas minimal usia Calon Wakil Presiden pun berhasil diubah oleh Raja Jawa. Dengan begitu, rencana Yang Mulia Ratu pun bisa segera dilaksanakan.

Syahwat Yang Mulia Ratu Jawa

Fafifu blablabla wasweswos akhirnya Gibran berhasil menjadi Wakil Presiden terpilih periode tahun 2024-2029, maka senang bukan main lah Yang Mulia Ratu Iriana. Tak sampai di situ, ambisi Ratu Jawa belum terpuaskan, maka diubah lah aturan tentang batas usia Calon Wakil Kepala Daerah, dalam hal ini Ratu Jawa mempersiapkan Kaesang Pangarep untuk join the party Kerajaan Jokowi.

Namun sayangnya, rakyat sudah mulai tak tahan melihat keculasan Raja Jawa sehingga terjadilah aksi protes yang disebut Peringatan Darurat. Raja dan Ratu Jawa berpikir, manipulasi hukum yang mereka lakukan selama ini tak membuat mengancam posisi mereka, sehingga keculasan demi keculasan pun mereka lanjutkan tanpa rasa takut.

Ya, ibaratnya mereka berjalan di atas angin, sehingga akhirnya lupa diri bahwa rakyat sudah muak mereka permainkan. Aksi Peringatan Darurat hanyalah permulaan, yang ternyata masih berlanjut dan justru membuka tabir aib keluarga Raja Jawa.

Baca Juga: Surat Terbuka Untuk Presiden Republik Indonesia dari Keluarga Korban Pencabulan Anak

Aib Kerajaan Jawa Akun kaskus milik Gibran tiba-tiba muncul usai aksi Peringatan Darurat, yang mana membuat intelejen-intelejen bangkit dari kubur. Mereka melucuti akun fufufafa sampai ke akar-akarnya, sehingga membuat Kerajaan Jokowi kelimpungan menghadapi serangan kali ini. Merasa masih punya kuasa, Raja Jawa menyuruh jongos-jongosnya untuk membersihkan isu fufufafa.

Berbagai opini, manipulasi perspektif, telah dikerahkan oleh Sang Raja hingga membuat anggaran mereka boncos. Namun sayangnya, kekuatan dari kelompok kuburan keramat tidak bisa dikalahkan, bahkan kelompok itu semakin berani menelanjangi fufufafa. Belum usai kasus fufufafa, Sub Divisi kelompok yang bangkit dari kubur kembali melemparkan fakta baru, di mana Kaesang menerima gratifikasi dengan memakai jet pribadi ke United State.

Tak sampai di situ, “Hawkeye” dari Subdivisi itu pun berhasil memergoki Permaisuri yang sedang menikmati roti seharga Rp 400 ribu. Merasa jengkel, militan dari kelompok bangkit dari kubur pun menyebarkan sebuah rahasia tentang Permaisuri, di mana Sang Permaisuri memiliki bau ketek yang sangat busuk serta sikap liciknya yang menyuap untuk memenangkan sebuah kompetisi. Satu per satu aib Kerajaan itu pun terbongkar, sehingga memberikan secercah harapan bagi musuh-musuh yang telah lama disandera oleh Raja Jawa.

Keluarga Nir Moral

Setelah mendapatkan serangan balasan yang begitu banyak, Kerajaan Jokowi pun melakukan rapat internal guna membalas serangan yang masih saja dilancarkan ke benteng Kerajaan. Setelah mengatur siasat, muncullah Kaesang dengan mengenakan kaos yang bertuliskan “Putra Mulyono”. Serangan balasan itu tentunya membuat segenap rakyat menjadi semakin marah, sehingga terbitlah meme-meme di internet.

Baca Juga: Presiden Jokowi Nyatakan Kesiapan Indonesia Gelar KTT Ke-43 ASEAN di Jakarta

Kemunculan Kaesang dengan mengenakan kaos itu dinilai sebagai bentuk tantangan dari pihak kerajaan, yang mana semakin menandakan bahwa Raja Jawa dan keluarga tidak memiliki moral yang baik sebagai penyelenggara kekuasaan. Bagaimana tidak? Bukannya malu dan memperbaiki diri malah semakin mempermainkan emosi rakyat. Apakah rakyat akan diam saja? Oh tentu tidak.

Kehancuran Kerajaan Jokowi

Menghilang dan tidak hadirnya fufufafa dalam acara penting semakin memperkuat asumsi publik, bahwa hubungan antara Prabowo dan Jokowi akan kandas dalam hitungan hari. Sang Raja Jawa sendiri dalam acara pelantikan anggota DPR terlihat murung, sedih, karena tidak dianggap oleh orang-orang yang dulu memujanya.

Semua hal tadi seharusnya tidak perlu terjadi, jika Yang Mulia Ratu Jawa tidak merasa sok hebat, tidak menuruti syahwat kekuasaannya, tidak memaksakan Gibran untuk menjadi Wakil Presiden. Namun pada kenyataannya, Ratu Jawa telah terpedaya oleh ambisi kekuasaan yang justru akan menghancurkan Kerajaan Jokowi, yang selama 10 tahun telah ia bangun dengan susah payah. Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah nyata di atas?

*) Ditulis oleh Hara Nirankara

Editor : Bambang Harianto