Panglima Dayak

Reporter : -
Panglima Dayak
Ilustrasi Panglima Dayak
advertorial

Sebab saat-saat ini begitu banyak orang mengaku-ngaku dirinya adalah panglima. Dengan menggunakan aksesoris yang menyeramkan seperti; tulang, tengkorak, Mandau besar dan bahkan bulu dan taring yang berlebihan. Tidak sedikit pula yang sejatinya bukan orang Dayak mengaku sebagai Panglima Dayak untuk mengeruk kepentingan pribadi.

Anehnya, begitu banyak yang mengikuti dan mengidolakannya termasuk dari kalangan orang Dayak sendiri. Ada yang jelas-jelas bukan Dayak tidak memiliki tutus Dayak, kemudian diangkat menjadi tokoh budaya dan mewakili lembaga Adat Dayak “sah” – orang-orang ini kemudian membawa suatu budaya “campur sari” seperti gaya berbusana yang aneh dan berlebihan, ritual-ritualan yang tidak ada dalam budaya.

Sebenarnya bagaimana sih yang disebut dengan PANGLIMA. Tulisan ini adalah hasil diskusi bersama anggota FOD. Silahkan disimak!

Orang Dayak sebenarnya tidak mengenal istilah panglima. Kemungkinan istilah panglima ini adalah pinjaman istilah Melayu yang diberikan bagi orang-orang Dayak yang berjasa dalam masa kerajaan/kesultanan. 

Bagi orang yang gagah berani dan kenamaan jaman dahulu, orang Dayak hanya menyebutnya sebagai OLOH MAMUT (Orang Berani), BUJAKNG BERANI, PAMANUQ, dan lain-lain. Jadi yang dimaksud dengan Pangkalima/ Pengelima/Pemanuq/Bujankng Berani dijaman dulu adalah orang yang paling berani dikampungnya serta ditakuti dan disegani, meski dia belum tentu punya kesaktian yang mumpuni. Namun dikarenakan dia yang paling nakal, bandel/mucil dimasa kecil hingga remaja, maka setelah dewasa dia menjadi orang yang paling ditakuti dan disegani di kampungnya. 

Panglima ini hanya mau tunduk dengan seorang Mantiq/ Demong/ Temenggung/ kepala adat saja, sementara yang lainnya tak penting baginya. Berguru/ngajiq dan bertapa adalah kegiatannya dan tak segan berhadapan dengan hewan buas meski kadang tak masuk akal bagi orang dikampung.

Pangkalima/ pengelima/ pemanuq adalah julukan kepadanya yang diberikan oleh Mantiq / Demong serta masyarakat kampungnya – MESKI DIA KADANG TIDAK TERIMA DENGAN JULUKAN ITU BAHKAN TAK PERNAH MENYEBUT DIRINYA SEBAGAI PANGKALIMA/PENGELIMA/PEMANUQ , SEBAB MALU RASANYA. 

Disaat kampungnya diserang lawan/ musuh, dia akan lebih dulu mencabut mandau menghadapi musuh tanpa menunggu perintah Mantiq dan tanpa menunggu bantuan orang-orang sekampung – SEBAB TERHINA BAGINYA BILA ADA YANG BERANI MENGANGGU KAMPUNG HALAMANNYA – tidak seperti sekarang ini yang hanya menjadi panglima di sosmed, garang dengan postingan tetapi tidak seperti di lapangannya. 

Seringkali dia tidak pernah memikirkan keselamatan dirinya, baginya lebih baik mati daripada malu. Bila pada saat tertentu dia bertandang ke kampung lain, maka dia selalu menghindari masalah bahkan tidak mau kalau orang-orang tahu identitasnya, tata krama dan sopan santun dia jaga. KADANG BAGINYA DIAM ITU LEBIH BAIK BILA DI KAMPUNG ORANG.

Gelar yang diberikan kepadanya tidak harus memakai ritual namun gelar itu semacam ucapan dari mulut ke mulut. Meski begitu, di kampung orang tentu juga ada pangkalima lain yang mungkin saja bisa mengancam dirinya. 

Pada dasarnya MENGAPA SESEORANG TAK MAU MENYEBUT DIRINYA PANGKALIMA/PENGELIMA/PEMANUQ , dikarenakan ia tidak mau bermasalah dengan orang lain yang mungkin saja bisa mengancam nyawanya, hanya orang-orang saja yang menyebut dirinya panglima.

Pangkalima jaman dahulu tidak punya pasukan. Sering kali dia sendirian, namun tidak melarang kalau ada yang ikut dengannya. Sebagai seorang kesatria dan JAGOAN tentu segala macam ilmu hasil bergu / mengajiq dan bertapa menjadi bekal, serta minyak-minyak / jimat untuk menambah kemampuannya. 

Di dalam kesehariannya, siang dan malam, dia SELALU CURIGA TERHADAP APAPUN, MESKIPUN ITU SUARA JANGKRIK. Hidupnya juga tidak tenang sebab BANYAKNYA MUSUH yang juga sewaktu-waktu bisa membunuhnya. Itu sebab mengapa dia TIDAK PERNAH MENYEBUT DIRINYA PANGKALIMA? Sebab bukan dia saja YANG PUNYA KEBERANIAN, ILMU, DAN JAGOAN, kampung-kampung lain juga punya orang-orang yang seperti dia juga.

Dia tidak pernah tunduk dengan siapapun kecuali MANTIQ / DAMONG. Dia juga kalau berkata TIDAK PERNAH BERBOHONG kepada kaumnya, dan di dalam berperang TAK ADA ISTILAH TAWANAN ATAU BELAS KASIH. Dan yang dijaman dahulu, Pangkalima selalu saja yang PALING MISKIN HIDUPNYA. Tidak seperti kaum bangsawan atau mantiq, sebab kehidupannya tidak mengurusi soal harta benda. Kehidupan seorang pangkalima dijamannya, meski dia sopan, lembut, penyabar tapi dia tetap akan dijauhi. Hanya ketika dia wafat namanya dan jasanya akan selalu di kenang.

Demikianlah penjelasan sedikit mengenai apa itu panglima/pangkalima/pamanuq/ bujakng berani /oloh mamut dalam budaya Dayak. Jadi, jika folks menemukan orang yang mengaku dirinya sebagai Panglima Dayak, walaupun ia memamerkan ilmu kebal dan lainnya, apalagi hanya untuk menakuti orang dan mencari keuntungan bisa dipastikan orang tersebut adalah penipu. (*)

*) Sumber : Bang Pakat Dayak

Editor : Syaiful Anwar