Misi Israel Invasi ke Jalur Gaza
Pada tanggal 27 Oktober 2023, Israel menginvasi Jalur Gaza dengan misi menumpas Hamas sampai ke akar-akarnya. Perang ini membawa risiko yang sangat besar dan dapat menjadi mimpi buruk bagi tentara Israel.
Invasi ke Gaza merupakan pembalasan Israel terhadap serangan Hamas 3 minggu sebelumnya. Serangan Hamas 7 Oktober disebut-sebut sebagai 9/11 versi Israel dan benar-benar mengguncang negara tersebut. Netanyahu "bersumpah" takkan menghentikan perang sebelum para sandera dilepaskan.
Baca Juga: Kecaman Keras Jamaah Muslimin Terhadap Tentara Israel di Atas Mushaf Al Quran
Israel memusatkan invasi pada bagian utara Gaza saja dan menyuruh warga sipil Gaza untuk "mengungsi sementara" ke selatan. Walaupun demikian, tetap saja Israel berbohong dan melakukan serangan di selatan serta membom warga sipil di sana.
Israel berencana untuk mengepung Kota Gaza di utara dan memutus pasokan serta jalur komunikasi antara kota Gaza dengan wilayah Gaza selatan. Diperkirakan masih ada sekitar 350.000-400.000 warga sipil yang tetap berada di Kota Gaza.
Kota Gaza sendiri bukanlah wilayah yang luas, dalam menaklukan wilayah sekecil itu, menteri pertahanan Israel menyatakan bahwa perang ini akan memakan waktu lama, mungkin berbulan-bulan. Hal ini disebabkan tentara Hamas yang memiliki mobilitas tinggi dan bergerilya di terowongan.
Berperang melawan Hamas di terowongan adalah mimpi buruk yang terulang bagi pasukan Israel, salah satu pasukan Israel pernah mengatakan bahwa memerangi Hamas seperti berperang dengan hantu, "Mereka dapat melihatmu, tapi kamu tak dapat melihat mereka."
Israel mengalaminya pada tahun 2014. Pada saat itu tentara Israel sedang getol-getolnya mencari terowongan Hamas, masuk ke dalamnya, dan meletakkan bom untuk kemudian terowongan itu dihancurkan. Tak jarang saat masuk ke terowongan gelap itu tentara Israel ditembaki tiba-tiba.
Baca Juga: Kecaman Keras Jamaah Muslimin Terhadap Tentara Israel di Atas Mushaf Al Quran
Kepanikan dalam kegelapan dan sempitnya terowongan membawa penderitaan psikologis tersendiri bagi tentara Israel, di sisi lain Hamas tahu betul di bagian mana mesti mencegat dan melancarkan "pembantaian" terhadap IDF yang sedang mencari mereka.
Terlebih saat ini Hamas memasukkan para sandera ke terowongan mereka. Alhasil Israel tidak bisa begitu saja membom terowongan dan harus memastikan bahwa terowongan itu benar-benar sudah steril.
Diperkirakan Hamas telah membuat terowongan yang lebih canggih dan ekstensif ketimbang pada tahun 2014 sehingga perang ini tak hanya memakan waktu lama, tetapi membawa bayaran psikologis bagi tentara Israel.
Baca Juga: Ribuan Massa Gelar Aksi Damai, Mars "Viva Palestina" Menggema di Madiun Raya
Peperangan di atas tanah juga tak kalah mengerikannya. Hamas banyak membangun tempat-tempat pertahanan dan sniper di antara reruntuhan, yang siap menyerang tank dan tentara Israel kapan saja. Israel benar-benar dihadapkan dengan perang di "Stalingrad" versi modern.
Diperkirakan saat ini sudah ada 20.000 tentara Israel yang masuk ke Gaza melawan Brigade al-Qassam yang berjumlah 40.000 personel. Korban di pihak tentara Israel sejak masuknya Israel ke Gaza adalah 34 orang tewas & 260 orang luka-luka. (*)
*) Source : Erlangga Greschinov
Editor : Ahmadi