Wartawan Hampir Tewas Jadi Korban Pengeroyokan Malah Mau Jadi Tersangka

Reporter : -
Wartawan Hampir Tewas Jadi Korban Pengeroyokan Malah Mau Jadi Tersangka
Moh Ali Hasan
advertorial

Moh Ali Hasan mengalami penganiayaan oleh 2 pria yang berprofesi sebagai tenaga pengajar agama. Akibatnya, Moh Ali Hasan yang sehari-hari menjadi wartawan ini mengalami babak belur.

Atas kejadian pada 2 Januari 2024 tersebut, Ali Hasan melapor ke Polres Sumenep. Setelah lama tidak ada perkembangan atas laporannya, justru Ali Hasan mendapat panggilan dari Satreskrim Polres Sumenep sebagai Terlapor. Bahkan, statusnya naik ke penyidikan.

Baca Juga: Bajingan ! Personel Polda Riau, Bripka Antoni Saputra Hajar Warga hingga Tewas

Ali Hasan sebagai Terlapor ditangani Unit Tipiter Polres Sumenep. Sedangkan laporan Ali Hasan ditangani unit Tipidek.

Ali Hasan mengaku heran dengan statusnya sebagai Terlapor. Seharusnya dia yang jadi korban karena pada saat kejadian, dia hampir mati. Dan pelaku juga mengeluarkan celurit hendak menebas Ali Hasan.

"Yang melaporkan saya katanya mengalami luka 3 cm. Ini tidak beres. Saya yang menjadi korban pengeroyokan dan hampir mau mati malah justru jadi terlapor. Padahal saya ini korban pengeroyokan oleh pelaku yang diketahui merupakan anak dan orang tua. Dan saya tidak melakukan apapun terhadap mereka," ujarnya.

"Saya minta Mabes Polri maupun Polda Jatim turun tangan terhadap kasus saya ini. Ini merupakan preseden buruk terhadap dunia Pers," tambahnya.

Ali menyebut, laporan balik yang dilakukan terlapor patut dipertanyakan.

"Atas dasar apa dia laporan balik, wong keduanya yang merupakan anak dan orang tua itu membantai saya hingga saya hampir mau mati. Untung pada saat itu dilerai saat bawa celurit," jelasnya.

"Dalam BAP keterangan saksi, musuh saya ini sangat tidak masuk akal. Karena saat kejadian pembantaian terhadap saya, tidak ada orang tersebu. Mana mungkin bisa jadi saksi, bahkan menerangkan bahwa kejadiannya di teras. Padahal di halaman rumah pelaku," tambahnya.

Ia berharap kasus tersebut mendapat atensi dari Mabes Polri agar supresmasi hukum di Polres Sumenep ditegakkan.

Kanit Tipidter Satreskrim Polres Sumenep, Ipda Roni mengatakan, kasus penganiayaan itu saling lapor.

"Intinya, kami memproses karena ada laporan dari masyarakat," kata Roni saat dikonfirmasi.

Disinggung mengenai bukti visum dan saksi, Roni menyebut bahwa hasil visum pelapor hanya memar 3 cm.

"Saksi-saksinya ada dan sesuai visum pelapor itu memar 3 cm," sebutnya.

Achmad Supyadi selaku Pengacara Ali Hasan menduga, Polres Sumenep dan pelapor korban pembantaian wartawan melakukannd kongkalikong dan rekayasa kasus.

"Polres Sumenep diduga kongkalikong dan rekayasa kasus korban pengeroyokan wartawan bernama Ali. Terlapor disetting untuk membuat laporan balik. Sudah biasa Polres Sumenep kongkalikong dan merekayasa kasus (oknum)," sebutnya.

Baca Juga: Nemen Rek, Perkara Utang, Seorang Rentenir Ancam Bunuh Ibu Rumah Tangga Asal Bogorami Makam

"Seorang wartawan saja diperlakukan seperti ini apalagi orang lain," tandasnya.

Kapolres Sumenep, AKBP Henri Noveri Santoso saat dikonfirmasi menyatakan proses penyidikan masih berjalan.

"Proses penyidikannya masih berjalan pak," jawabnya singkat, Selasa (11/06/2024).

Diwartakan sebelumnya, wartawan Detikzone, Moh. Ali Hasan (45 tahun) yang berdomisili di Dusun Taroh, Desa Ambunten Barat, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep, diduga jadi korban pemukulan brutal hingga percobaan pembunuhan dengan sebilah celurit oleh 2 oknum guru ngaji pada Rabu (2/01/2024).

Terduga pelaku yang diduga berprofesi sebagai guru ngaji tersebut merupakan anak dan orang tua. Masing- masing berinisial M (anak) dan A (bapak).

Ali Hasan melaporkan penganiayaan dan percobaan pembunuhan terhadapnya ke Polres Sumenep, dengan register LP/B/1/1/2024/SPKT/Polsek Ambunten/Polres Sumenep/Polda Jawa Timur.

Menurut pengakuan Ali Hasan, penganiayaan yang diduga dilakukan secara bersama-sama oleh A dan M itu bermula pada Selasa sekira pukul 17.00 WIB. Saat itu, dirinya sedang menggendong bayinya yang masih rewel.

Kemudian ada mobil Suzuki Carry yang melintas di depan rumahnya dengan memblayer mobilnya sebanyak dua kali.

Baca Juga: Penganiaya Remaja Saat Pertunjukan Orkes di Desa Sentul Ditangkap Satreskrim Polresta Sidoarjo

“Saat saya menggendong bayi yang rewel, tiba- tiba ada mobil yang dikendarai M memblayer di depan rumah saya. Kemudian saya menyerahkan anak saya ke istri, dan saya pun mengejar mobil tersebut dengan jarak kurang lebih 500 meter dari rumah dengan tujuan menanyakan apa maksud dan tujuan memblayer mobil,” kata Ali Hasan.

Saat dirinya bertanya kepada terduga pelaku berinisial M, langsung dengan congkaknya dijawab arapa’ah (mau apa), arapa’ah (mau apa).

“Tiba-tiba orang tua M yang berinsial A langsung berlari ke arah saya dan langsung menendang dada hingga saya terjatuh,” tuturnya.

Kaget diserang orang tua M, Ali Hasan kemudian mencoba bangun. Namun lagi-lagi dianiaya oleh anak dan orang tua yang berprofesi sebagai guru ngaji tersebut hingga wajahnya terluka penuh darah.

“A dan M ini menghajar wajah saya hingga luka berdarah di pelipis,” ungkapnya.

Bahkan, tutur Ali Hasan, M nekat mengeluarkan sebilah celurit namun ditahan oleh tetangganya.

“Saya sempat mau dibunuh pakai celurit untung dilerai orang,” pungkasnya. (pan)

Editor : Syaiful Anwar