Saat Dipimpin Raja Faisal, Arab Saudi Embargo Minyak ke Eropa dan Amerika Serikat

Reporter : -
Saat Dipimpin Raja Faisal, Arab Saudi Embargo Minyak ke Eropa dan Amerika Serikat
Raja Faisal
advertorial

Sewaktu pecahnya Perang Yom Kippur pada tahun 1973, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat mendukung Israel. Negara-negara Arab kemudian merespon dengan cara "menghukum" Amerika dan Eropa melalui embargo minyak yang menyebabkan krisis ekonomi parah di negara-negara Barat.

Sewaktu perang Yom Kippur berkecamuk, Arab Saudi dan anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) atau Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi ingin menghukum negara-negara pendukung Israel dengan mengumumkan pemotongan 5% terhadap produksi minyak. Amerika tak takut dengan ancaman itu dan memutuskan mendukung Israel dengan mengirimkan bantuan sebesar $2.2 triliun.

Baca Juga: Kelezatan Kuliner Riyadh: Sebuah Petualangan Gastronomi

Arab Saudi tidak mau kalah. Dengan didukung OPEC, mereka memutuskan embargo total terhadap pengiriman suplai minyak ke Amerika Serikat dan negara-negara Barat. Ini menjadi pukulan telak dan mengakibatkan krisis minyak yang sangat parah di negara-negara Barat.

Harga minyak bumi meroket dari $3 per barel menjadi $12. Banyak mobil mengantre di tempat pengisian bahan bakar. Amerika mulai panik dan mengirimkan diplomatnya ke negara-negara Arab penghasil minyak dan melakukan lobi, tetapi gagal. 

Henry Kissinger sampai mengancam, "Jika Arab Saudi tak menghentikan boikot ini, Amerika akan mengebom ladang-ladang minyak Anda."

Raja Faisal menjawab, "Andalah yang tidak dapat hidup tanpa minyak, kami berasal dari gurun dan pendahulu kami hidup dengan kurma dan susu. Kami dapat hidup kembali lagi dengan cara seperti itu."

Krisis ini jelas membawa pengaruh signifikan pada kondisi ekonomi dan politik Amerika Serikat. Krisis tersebut menjadi awal di mana Amerika mulai serius menggarap sumber energi terbarukan dan mensubsidi ethanol dari jagung. Sektor otomatif di Amerika juga terkena imbasnya. Apalagi mobil Amerika terkenal besar dan boros bensin.

Baca Juga: Insiden Black September, 1972

Pada tahap inilah mobil Amerika dikalahkan oleh mobil Jepang yang lebih kecil dan hemat bensin. Inilah yang menjadi salah satu alasan berhasilnya mobil Jepang di pasar Internasional.

Inggris memberlakukan 3 hari kerja saja dalam seminggu untuk menghemat penggunaan energi, sedangkan Denmark memberlakukan larangan penggunaan kendaraan bermotor pada hari Minggu. 

Inflasi dan pengangguran merebak di mana-mana. Dunia Barat dalam krisis karena mendukung Israel.

Belanda juga memberlakukan pembatasan kendaraan bermotor untuk penghematan minyak. Alhasil banyak orang yang beralih menggunakan sepeda.

Baca Juga: Pernyataan sikap DPP FPI Berkaitan dengan Peristiwa di Bitung, Sulawesi Utara

Itulah kenapa Belanda sekarang jadi banyak pengendara sepeda, karena salah satu trigger utamanya dari embargo minyak di kala itu.

Walaupun embargo itu hanya diberlakukan selama 5 bulan, harga minyak tetap tak terkendali dan efek dari krisis minyak tetap dirasakan selama beberapa tahun berikutnya. Pukulan krisis ini makin parah saat terjadi Revolusi Iran di tahun 1979. (*)

*) Source : Erlangga Greschinov

Editor : Syaiful Anwar